27.12.13

Konsumennya dari Sabang hingga Merauke

Konsumennya dari Sabang hingga Merauke, begitu jawab Agus saat ditanya sudah kemana saja dia menjual hasil produksinya.



Durian dikenal sebagai buah primadona Medan, Sumatera Utara. Maka, tak heran banyak orang Medan yang menyelami peluang bisnis buah ini. Satu diantaranya, Agus Ramadhan owner Rizki Durian. Rutinitas di tempat kerja lawasnya, perusahaan kargo membulatkan tekad pria 37 tahun ini mengakhiri karirnya yang sudah dilakoninya selama tujuh tahun untuk membangun usaha durian dari titik nol.

Daging Durian Beku Medan
Daging Durian Beku Medan

Pria yang akrab disapa Agus ini memulai usahanya sejak tahun 2009. Dia mengisahkan, dulu jabatannya sebagai pemeriksa kargo di pengelolaan kargo udara membuatnya menemukan ‘jodohnya’, yaitu durian yang merupakan buah khas Medan. “Ada banyak barang yang dikirim ke seluruh stasiun tujuan di Indonesia. Tapi volume kiriman terbesar tiap harinya adalah buah durian. Dari sekian banyak kiriman buah durian, tidak semuanya bisa diberangkatkan. Ada banyak pengirim buah durian dari Medan. Sayangnya, armada penerbangan tidak memadai. Nah terjadilah overload cargo. Buah durian yang melebihi kapasitas untuk diterbangkan, harus dibawa pulang oleh para pengirim. Dan ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi para pengirim. Saya tujuh tahun di Kargo. Nah, di situlah bisnis ini berawal,” ujarnya.

Agus berinisiatif mendatangi seorang pengirim buah yang acapkali mengirimkan buah durian via perusahaan kargo. Dia mengatakan akan beli duriannya, tapi bukan dalam bentuk buah, melainkan dalam bentuk daging durian saja dan dibekukan. Pada awalnya, Agus mengaku tak memiliki modal sama sekali. Dia mengambil istilah modal dengkul dalam memulai usahanya. “Modal awal enggak ada, modal dengkul. Saya belum punya pasar waktu itu. Tapi berbekal doa orang tua dan istri tercinta, saya mulai membuat iklan di internet. Dengan sistem pre-order di mana pelanggan membayar dengan transfer uang senilai yang mau dibeli baru saya belanja barang dari pedagang buah durian. Respon pasar belum begitu antusias, karena publik masih terpusat pada buah dan bukan daging durian. Saya akhirnya bisa mengubah pola pikir masyarakat, bahwa sangat simpel menggunakan daging durian dibanding buahnya.


Dia mengurai dari sisi pembuangan sampah, konsumen yang memesan daging durian tidak lagi harus dipusingkan dengan kulit durian yang tajam. “Bayangkan jika pengolahan makanan atau minuman menggunakan buah durian. Pemanfaatan daging durian tanpa memikirkan risiko terluka, sampah kulit dan biji, serta baunya yang tajam bagi sekitar kita yang kurang suka pada aromanya,” timpalnya.

Dalam pengemasan daging durian, Agus menggunakan plastik klip dengan ukuran berat satu kilo. Namun, di awal usaha dia juga melayani pembelian dengan ukuran 150gr, 200gr dan 500gr. ‎​Tapi seiring berjalannya waktu, dia menilai kurang begitu efektif dengan berbagai ukuran. Proses pengemasan dimulai dari daging durian yang telah dipisahkan dari kulit dan biji, dimasukkan ke dalam plastik klip lalu dibekukan. “Pemisahan daging durian dan biji dilakukan di tempat produksi dan saat ini bermitra dengan teman untuk pengolahannya agar bisa mengontrol kualitas juga. ‎​Kalau sebelumnya, saya tidak tau bagaimana kualitas dari para suplier,” tegasnya. 

Perkembangan usaha daging durian terbilang bagus, pengiriman daging durian untuk konsumennya datang dari Sabang hingga Merauke. Seperti, Banda Aceh, Pekan Baru, Padang, Jambi, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Bontang, Manado, Makassar, Kendari, Mataram dan Jayapura.


Dalam sehari, Agus bisa produksi antara 500kg-700kg daging durian dengan harga per satu kilonya Rp55 ribu (belum termasuk ongkos kirim). Bahkan, Agus pernah melayani permintaan dalam sehari sebanyak 1 ton 300kg. ‎Namun, volume tersebut tergantung dari ketersediaan buah dari para petani durian. ‎Buah-buah durian yang dikemasnya semua berasal dari durian yang ada di Sumatera Utara, sebut saja Sidikalang, Sibolga, Pahae, Langkat, Simalungun, dan lainnya. 

Dia menjamin daging durian yang dikemasnya tanpa pengawet dan bisa bertahan satu tahun di freezer. “Hanya saja kami tidak pernah menyimpan stok sampai satu tahun, p​aling hanya sampai tiga bulan saja.‎ ​Sebab, jika lebih dari tiga atau empat bulan, warna daging durian akan berubah menjadi lebih gelap itu tidak segar lagi,” ungkapnya. Saat ini, usahanya memiliki enam freezer dengan kapasitas 900an kg dan 10 freezer kapasitas 50kg yang ditempatkan di dua rumah produksi. Sedangkan, satu unit freezer kapasitas 500an kg ditempatkan di kantor usaha.

Usaha daging durian ini tidak hanya menyasar pada profit poin semata. Agus memahami ada hak orang lain dalam keberhasilan usahanya. Untuk itu, dia memberlakukan sistem sedekah. Di mana setiap orderan konsumen per kilonya , disisihkan senilai Rp. 200,- dan disedekahkan kepada yang berhak menerima. ‎”​Jadi sambil berbisnis kami juga mengajak konsumen beramal. Yang sedekah bukan hanya kami tapi konsumen,” jelasnya.

Sulung dari empat bersaudara ini tak puas begitu saja, sukses di bisnis daging durian, kemudian dia mengepakkan sayap ke pancake durian. Pancake ini sudah dirintisnya sejak Februari 2013. Dia mengatakan saat itu, ketersediaan buah durian sangat sedikit, namun permintaan akan daging durian sangat tinggi. “‎​Dengan berbekal buah yang ada dan mendapat resep dari internet, saya mulai mencari orang yang bisa produksi pancake. ‎​Kebetulan ada teman yang bisa buat, saya ajak kerjasama. ‎​Produksi dia tanggung jawabi, modal saya yang tanggung jawab. ‎​Maka, jalanlah produksi. ‎​‎​saya mulai tawarkan lagi di internet. ‎​Alhamdulillah sukses di pasaran. Permintaannya mengalahkan permintaan akan daging durian saat itu. Bahkan saat ketersediaan buah durian sudah mulai banyak pun, permintaan akan pancake durian tetap stabil,” beber warga Selambo V No. 9 Kel. Amplas, Kecamatan Medan Amplas ini.

Pancakenya disebut Agus memiliki kulit pancake yang tipis dibandingkan pancake yang diproduksi dari luar Medan. “Karena biasanya yang dari luar Medan, kulitnya tebal dan ukurannya besar. Kalau istilah murid-murid saya “tahu sumedang”. ‎​Jadi orang yang konsumsi bakal bosen kalau pancakenya gede. Kalau pancake saya bisa tahan tiga bulan di freezer. Kebetulan kami bekukan sebelum dikirim keluar kota. ‎​Agar menjaga ketahanannya. ‎​Karena produksi kami tidak memakai pengawet. ‎​Dengan cara di bekukanlah agar produk kami awet,” timpalnya. 

Dalam seharinya, Agus bisa memproduksi pancake hingga 400 kotak. ‎​Perkotaknya dengan isi sepuluh pancake dan harganya Rp80 ribu. Dalam pemasaran pancake, Agus lakukan keluar kota yang ternyata pasarnya lebih besar dari Medan. ‎Pasar pancakenya sudah sampai Jakarta, Semarang, Malang, Jogjakarta, Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, Menado, Kendari dan Jayapura.

Melihat peluang bisnis pancake durian yang begitu besar, b​eberapa teman-temannya mulai mendekati untuk belajar bisnis pancake. ‎​‎​Ada yang jalan dan sukses ada juga yang sama sekali tidak jalan. Hingga saat ini, Agus telah memiliki delapan murid yang sukses di bisnis ini. Bahkan, dua diantaranya di jakarta. Ke depan, target Agus dalam Rizki Duriannya adalah menjadikan usahanya sebagai barometer penjualan daging durian dan pancake durian. ‎”Membangun brand imej, bahwa kalau daging durian atau pancake ya Agus Ramadhan atau Rizki Durian. Lalu bisa membuka lapangan pekerjaan yang banyak,” ujarnya. (nina rialita/terbit di Majalah Inspirasi Usaha, Makassar, edisi Desember 2013)

Rizki Durian
Owner : Agus Ramadhan
Alamat Usaha : Komp. Ruko Rakyat Residence, Jalan Mesjid Taufik Gang Tamtama No 10B, Medan
Pin BB : 295C63EF
Handphone : 08126342153 / 087869430066
Web/Blog : http://www.rizkidurian.com / http://www.dagingdurian-rizki.blogspot.com

sumber

Thankyou +Google for Media  
Copyright © 2015 Durian Medan Online | Pancake Durian, Daging Durian Beku Medan & Durian Kupas
| Distributed By Gooyaabi Templates