Konsumennya dari Sabang hingga Merauke
Konsumennya dari Sabang hingga Merauke, begitu jawab Agus saat ditanya sudah kemana saja dia menjual hasil produksinya.
Durian dikenal sebagai buah primadona Medan, Sumatera Utara. Maka, tak heran banyak orang Medan yang menyelami peluang bisnis buah ini. Satu diantaranya, Agus Ramadhan owner Rizki Durian. Rutinitas di tempat kerja lawasnya, perusahaan kargo membulatkan tekad pria 37 tahun ini mengakhiri karirnya yang sudah dilakoninya selama tujuh tahun untuk membangun usaha durian dari titik nol.
Durian dikenal sebagai buah primadona Medan, Sumatera Utara. Maka, tak heran banyak orang Medan yang menyelami peluang bisnis buah ini. Satu diantaranya, Agus Ramadhan owner Rizki Durian. Rutinitas di tempat kerja lawasnya, perusahaan kargo membulatkan tekad pria 37 tahun ini mengakhiri karirnya yang sudah dilakoninya selama tujuh tahun untuk membangun usaha durian dari titik nol.
Pria yang akrab disapa Agus ini memulai usahanya sejak tahun 2009.
Dia mengisahkan, dulu jabatannya sebagai pemeriksa kargo di pengelolaan
kargo udara membuatnya menemukan ‘jodohnya’, yaitu durian yang merupakan
buah khas Medan. “Ada banyak barang yang dikirim ke seluruh stasiun tujuan di
Indonesia. Tapi volume kiriman terbesar tiap harinya adalah buah durian.
Dari sekian banyak kiriman buah durian, tidak semuanya bisa
diberangkatkan. Ada banyak pengirim buah durian dari Medan. Sayangnya,
armada penerbangan tidak memadai. Nah terjadilah overload cargo. Buah
durian yang melebihi kapasitas untuk diterbangkan, harus dibawa pulang
oleh para pengirim. Dan ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar
bagi para pengirim. Saya tujuh tahun di Kargo. Nah, di situlah bisnis
ini berawal,” ujarnya.
Agus berinisiatif mendatangi seorang pengirim buah yang acapkali
mengirimkan buah durian via perusahaan kargo. Dia mengatakan akan beli
duriannya, tapi bukan dalam bentuk buah, melainkan dalam bentuk daging
durian saja dan dibekukan. Pada awalnya, Agus mengaku tak memiliki modal
sama sekali. Dia mengambil istilah modal dengkul dalam memulai
usahanya. “Modal awal enggak ada, modal dengkul. Saya belum punya pasar
waktu itu. Tapi berbekal doa orang tua dan istri tercinta, saya mulai
membuat iklan di internet. Dengan sistem pre-order di mana pelanggan
membayar dengan transfer uang senilai yang mau dibeli baru saya belanja
barang dari pedagang buah durian. Respon pasar belum begitu antusias,
karena publik masih terpusat pada buah dan bukan daging durian. Saya
akhirnya bisa mengubah pola pikir masyarakat, bahwa sangat simpel
menggunakan daging durian dibanding buahnya.
Dia mengurai dari sisi pembuangan sampah, konsumen yang memesan
daging durian tidak lagi harus dipusingkan dengan kulit durian yang
tajam. “Bayangkan jika pengolahan makanan atau minuman menggunakan buah
durian. Pemanfaatan daging durian tanpa memikirkan risiko terluka,
sampah kulit dan biji, serta baunya yang tajam bagi sekitar kita yang
kurang suka pada aromanya,” timpalnya.
Dalam pengemasan daging durian, Agus menggunakan plastik klip dengan
ukuran berat satu kilo. Namun, di awal usaha dia juga melayani pembelian
dengan ukuran 150gr, 200gr dan 500gr. Tapi seiring berjalannya waktu,
dia menilai kurang begitu efektif dengan berbagai ukuran. Proses
pengemasan dimulai dari daging durian yang telah dipisahkan dari kulit
dan biji, dimasukkan ke dalam plastik klip lalu dibekukan. “Pemisahan
daging durian dan biji dilakukan di tempat produksi dan saat ini
bermitra dengan teman untuk pengolahannya agar bisa mengontrol kualitas
juga. Kalau sebelumnya, saya tidak tau bagaimana kualitas dari para
suplier,” tegasnya.
Perkembangan usaha daging durian terbilang bagus, pengiriman daging
durian untuk konsumennya datang dari Sabang hingga Merauke. Seperti,
Banda Aceh, Pekan Baru, Padang, Jambi, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung,
Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Balikpapan,
Samarinda, Bontang, Manado, Makassar, Kendari, Mataram dan Jayapura.
Dalam sehari, Agus bisa produksi antara 500kg-700kg daging durian
dengan harga per satu kilonya Rp55 ribu (belum termasuk ongkos kirim).
Bahkan, Agus pernah melayani permintaan dalam sehari sebanyak 1 ton
300kg. Namun, volume tersebut tergantung dari ketersediaan buah
dari para petani durian. Buah-buah durian yang dikemasnya semua berasal
dari durian yang ada di Sumatera Utara, sebut saja Sidikalang, Sibolga,
Pahae, Langkat, Simalungun, dan lainnya.
Dia menjamin daging durian yang dikemasnya tanpa pengawet dan bisa
bertahan satu tahun di freezer. “Hanya saja kami tidak pernah menyimpan
stok sampai satu tahun, paling hanya sampai tiga bulan saja. Sebab,
jika lebih dari tiga atau empat bulan, warna daging durian akan berubah
menjadi lebih gelap itu tidak segar lagi,” ungkapnya. Saat ini, usahanya
memiliki enam freezer dengan kapasitas 900an kg dan 10 freezer
kapasitas 50kg yang ditempatkan di dua rumah produksi. Sedangkan, satu
unit freezer kapasitas 500an kg ditempatkan di kantor usaha.
Usaha daging durian ini tidak hanya menyasar pada profit poin semata.
Agus memahami ada hak orang lain dalam keberhasilan usahanya. Untuk
itu, dia memberlakukan sistem sedekah. Di mana setiap orderan konsumen
per kilonya , disisihkan senilai Rp. 200,- dan disedekahkan kepada yang
berhak menerima. ”Jadi sambil berbisnis kami juga mengajak konsumen
beramal. Yang sedekah bukan hanya kami tapi konsumen,” jelasnya.
Sulung dari empat bersaudara ini tak puas begitu saja, sukses di
bisnis daging durian, kemudian dia mengepakkan sayap ke pancake durian.
Pancake ini sudah dirintisnya sejak Februari 2013. Dia mengatakan saat
itu, ketersediaan buah durian sangat sedikit, namun permintaan akan
daging durian sangat tinggi. “Dengan berbekal buah yang ada dan
mendapat resep dari internet, saya mulai mencari orang yang bisa
produksi pancake. Kebetulan ada teman yang bisa buat, saya ajak
kerjasama. Produksi dia tanggung jawabi, modal saya yang tanggung
jawab. Maka, jalanlah produksi. saya mulai tawarkan lagi di
internet. Alhamdulillah sukses di pasaran. Permintaannya mengalahkan
permintaan akan daging durian saat itu. Bahkan saat ketersediaan buah
durian sudah mulai banyak pun, permintaan akan pancake durian tetap
stabil,” beber warga Selambo V No. 9 Kel. Amplas, Kecamatan Medan Amplas
ini.
Pancakenya disebut Agus memiliki kulit pancake yang tipis
dibandingkan pancake yang diproduksi dari luar Medan. “Karena biasanya
yang dari luar Medan, kulitnya tebal dan ukurannya besar. Kalau istilah
murid-murid saya “tahu sumedang”. Jadi orang yang konsumsi bakal
bosen kalau pancakenya gede. Kalau pancake saya bisa tahan tiga bulan di
freezer. Kebetulan kami bekukan sebelum dikirim keluar kota. Agar
menjaga ketahanannya. Karena produksi kami tidak memakai pengawet.
Dengan cara di bekukanlah agar produk kami awet,” timpalnya.
Dalam seharinya, Agus bisa memproduksi pancake hingga 400 kotak.
Perkotaknya dengan isi sepuluh pancake dan harganya Rp80 ribu. Dalam
pemasaran pancake, Agus lakukan keluar kota yang ternyata pasarnya lebih
besar dari Medan. Pasar pancakenya sudah sampai Jakarta, Semarang,
Malang, Jogjakarta, Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, Menado, Kendari
dan Jayapura.
Melihat peluang bisnis pancake durian yang begitu besar, beberapa
teman-temannya mulai mendekati untuk belajar bisnis pancake. Ada
yang jalan dan sukses ada juga yang sama sekali tidak jalan. Hingga saat
ini, Agus telah memiliki delapan murid yang sukses di bisnis ini.
Bahkan, dua diantaranya di jakarta. Ke depan, target Agus dalam Rizki
Duriannya adalah menjadikan usahanya sebagai barometer penjualan daging
durian dan pancake durian. ”Membangun brand imej, bahwa kalau daging
durian atau pancake ya Agus Ramadhan atau Rizki Durian. Lalu bisa
membuka lapangan pekerjaan yang banyak,” ujarnya. (nina rialita/terbit di Majalah Inspirasi Usaha, Makassar, edisi Desember 2013)
Owner : Agus Ramadhan
Alamat Usaha : Komp. Ruko Rakyat Residence, Jalan Mesjid Taufik Gang Tamtama No 10B, Medan
Pin BB : 295C63EF
Handphone : 08126342153 / 087869430066
Web/Blog : http://www.rizkidurian.com / http://www.dagingdurian-rizki.blogspot.com
sumber
Thankyou +Google for Media